I. Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Islam adalah Agama terakhir yang berlaku dimana saja dan kapan saja,
yang dapat memeberikan pedoman dasar, bimbingan dan memberikan pemecahan
masalah yang dihadapi umat manusia sepanjang zaman ini. Untuk dapat
membuktikan dan menggangkat nilai Islam dalam realitas kehidupan tanpa
mennyimpang dari wilayah ke-Islamannya, tetapi juga tidak melakukan
sikap konnyol yang dapat menempatkan posisi umat Islam terpojok dan
terkucilkan dari lingkungan sosialnya.
Dalam masalah ini, ada perbedaan pengertian , antara:
1. Islam sebagai Ad-dyin yang mempunnyai kopentensi ajaran yang dianggap
mampu menjadi agama sepanjang zaman, yaitu adanya vitalitas, totalitas,
dan universal dalam Islam.
2. Islam sebagai hadloroh, yang dapat mengalami pasang surut sebagai
sifat kultur, semua itu akan tergantung pada umatnya, dalam memberikan
jawaban-jawaban terhadap tanggapan, waktu dan tempat yang di hadapi.
II. Tantangan Yang Di Hadapi
a. Tantangan Sosio- Ekonomi
Menurut data yang ada jumlah penduduk dunia sekarang ini berjumlah
kurang lebih 6 milyart, dimana sekitar 30% -nya adalah Muslim, yang
tersebar di Negara-negara, dan belahan dunia. Yang mayoritasnya
mempunnyai ciri-ciri antara lain:
Pertumbuhan penduduk tinggi
Produktifitas rendah
Sumber alamnya besar tetapi tidak ikut menikmati
Tingkat kesejahteraanya rendah
Tingkat kematiannya tinggi
b. Tantangan sains dan teknologi
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang, maka
corak kehidupan serta pola pikir manusia akan berubah, dan dalam tatanan
sistim sosial yang kompleks serta unsur emosional dan spiritual tidak
masuk dalam wilayahnya, kehidupan yang demikian menuntut:
Sistim masyasrakat menjadi mekanis
Mengedepankan hal-hal yang prktis dan instan
Orientasinya tertuju pada materiallistik
Jauh dari ideal-ideal jangka panjang (akherat)
c. Tantangan etis religius
Sebagai korban dari kehidupan dalam modernisasi, maka dampaknya terjadi
suatu pergeseran keinginan masyarakat, dari kemauan yang bersifat
alamimenjadi sifat rasional. Dalam proses perubahan ini manusia
mengalami erosi emosional dan berlanjut pada kemiskinan spiritual.
Sehingga di Negara-negara maju terjadi kesenjangan antara manusia dengan
Tuhannya, dan di Negara berkembang terjadi kesenjangan pada orientasi
keagamaan dengan tuntutan kehidupan duniawinya. Disamping tantangan
tersebut diatas masaih adalagi tantangan yang masih dihadapi , seperti
krisis ekologi, kependudukan dan ketidak seimbangan (antara dunia dan
agama, dan lain-lain).
III. Kondisi Internal dan Umatnya
Islam sebenarnya telah memberikan ruang yang cukup luas untuk
pemecahan-pemecahan masalah tersebut, baik dalam bentuk etis ataupun
sistem. Masalah yang sebenarnya adalah kondisi kwalitas umat Islam itu
sendiri, yang mayoritas belum menampilkan potensi rielnya, mayoritas
hanya masih sebatas “numorikal” , kenyataan ini memang sangat pahit .
Sebab-sebab yang gampang dilihat antaralain karena:
1) Kekurang fahaman terhadap hakekat ajarannya, karena pengaruh
orientasi Barat yang sengaja mengacokan hakekat dan pengertian tentang
Islam, dan juga sistem pendidikan Islam yang belum mapan dan merata
dikalangan umat sendiri.
2) Sikap sinis terhadap Islam, karena kekecewaan terhadap umat Islam
dalam keterbelakangan, baik dalam keilmuan, ekonomi, teknologi,
pendidikan, dll.
3) Melemahnya semangat dan idealisme umat Islam, akibat kegagalan yang
berulang-ulang dalam perjuangan politik yang memang belum memiliki
strategi yang baku.
4) Dakwah Islamiah yang kehilangan aktualitasnya, karena kurang
menemukan relevansi dengan tuntutan dan perkembangan zaman yang terjadi
dalam realitas sosial yang dihadapi sehingga dakwah hannya bersifat
monoton dan lambat laun akan menimbulkan rasa bosan pada umat itu
sendiri .
IV. Antara Harapan Dan Kecemasan
Jika kita memperhatikan potensi umat baik dalam vitalitas, totalitas dan
universalitas Islamyang dibutuhkan umat Islam sekarang dan mendatang ,
kiranya ada harapan cerah dalam dunia Islam. Sistem yang dimiliki Islam
dapat diharapkan menjadi alternative paling baik yang sudah terasa
dalam kejenuhan seperti sekarang ini. Hal ini ditanbah dengan letak
strategis kawasan Islam dalam lintasan geo-politik (selat
Bosporus-kepuloan Indonesia) yang dapat ikut mendukung peran Islan
sebagai sistem cultural yang diharapkan. Masih ditambah lagi dengan,
kekayaan sumber daya alam di Negara-negara yang mayoritasnya beragama
Islam, yang menjadi kebutuhan Negara-negara di dunia. Sebagai Agama yang
dapat konsep-konsep pemecahankemelut global dunia moderen, namun
demikian umat Islam belum menemukan kualitas diri yang dapat mengangkat
pamornya sebagai kekuatan dunia, yang dengan kecerahan dan keramahannya
mennyuguhkan konsepsinya sebagai agama pamungkas.
Dilain pihak masih masih terdapat kecemasan mengingat keterbelakangan
umat islam sendiri, baik dalam bidang keilmuan maupun teknologi,
disamping kekaburan umat Islamdalam memberikan persepsi tentang
ke-lslaman, ditambah lagi dengan perpecahan dikalangan pemimpin-pemimpin
Islam yang tidak begitu jelas persoalannya, yang dapat memberikan
asumsi bahwa para pemimpin Islam tidak pampu dalam menggalang potensi
umat.
Memang sedangh terjadi fajwah bainal islamwal muslim, ada kesenjangan
dalam dunia Islam, antara agama Islam dengan umatnya. Untuk izzul Islam
walmuslimin, dituntut langkah-langkah strategis dalam usaha menigkatkat
mutu atau kwalitas umat Islam.
V. Islam Dan Tatanan Modernisasi
Islam agama transformative
Islam memberikan keleluasaan untuk pemikian rasional, sepanjang tidak
mennyangkut tentang aqidah fundamenfal dan sari’nya ( Al-quran dan
Alhadits) yany tidak memerlukan ijtihad lagi. Ernest gellner, melihat
Islam sebagai agama transformative yang yang paling dekat dengan
modernitas, dibanding dengan agama yang lain, beberapa alasan antara
lain:
• Unifersalisme ajaran Islam, yakni prinsipajaran Islam dapat ditetapkan
dimana saja dan kapan saja, bahkan mamapu menyerap budaya dan tradisi
local.
• Skriptualisme Islam, dalam arti Islam mengajarkan bahwa kitab suci
dapat dibaca, dipelajari oleh siapa saja, bukan monopoli kelompok
tertentu dalam hirarki keagamaan.
• Egaliteralisme spiritual, dalam arti tidak terdapat sistim kependetaan
atau kerahibandalam Islam, setiap orang mempunnyai kesempatan yang sama
untuk mencapai prestasi spiritual.
• Sistem rasional dalam kehidupan social.
• Semanggat keilmuan (scholarly) yang tinggi, sehingga setiap pemeluk
Islam mennyakini betapa tingginya penghargaan Islam terhadap ilmu.
Modernisasi Yang Kita Hadapi
Nurchokis madjid dengan mengutip pernyataan Arnold Toynbee mengatakan,
bahwa moderenitas dimulai sejak menjelang abat XV M, ketika orang barat
berterimakasih ”tidak pada Tuhan” tetapi kepada dirinya sendiri, karena
telah berhasih mengatasi kungkunggan Kristen pada abab pertengahan. Naun
modernitas yang kita hadapi , umumnya ditarik dari refolusi industri di
lnggris yang memperkenalkan teknologi mesin, dan refolusi prancis yang
memperkenalkan demogkrasi dan humanisme moderen. Kemudian berkembang
dari tegnologi mennyangkut segala aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik, atau lebih tegas lagi seperti kata LucianW. Pye; modernitas
sebagai budaya dunia mempunnyai cirri:
Adanya tegnologi cangih dan semanggat keilmuan
Pandangan hidup yang rasional
Pendekatan sekuler dalam sosial
Semangat berkeadilan sosial dalam urusan public
Terselenggaranya pemerintahan dalam bentuk Negara bangsa
Sikap Islam Terhadap Modernitas
Sebagai akibat modernitas ala Barat yang radikal dalam kehidupan,
mempunyai implikasi serius terhadap masa depan Islam dan Umat Islam.,
sehingga perlu adanya pemahaman tentang agama dan modernitas itu sendiri
secara benar, sehingga melahirkan pemikiran dan sikap “Islami sekaligus
modern” sehingga kita harus mempunnyai prinsip-prinsip:
Al-maslahah al-mursalah, prinsip hukum yang memperhatikan factor kemaslahan dan realitas sosial
Mengakui nilai ‘urf sehingga memungkinkan membumukan Islam
Al-hukmu yaduruma’a al-illah wujudanwaadaman, hokum itu berkembang
karena adanya atau tidak adanya illat; sehingga memungkinkan membumukan
terjadinya perubahanhukum secara dinamik dan proporsional dan Qiyas
suatu analogi yang dinamik
VI. Proses Kebangkitan Hari Ini Dan Esok
Revival Of Islam
Perkembangan Islam pada menjelang akhir abad ke-XIV H, bannyak mendapat
sorotan, terutama ditujukan pada empat dimensi perkembangan:
1. Poensi rohani (the spiritual power) yang ditampakan pada gejala
kesadaran izzahnya dalam memahami dan menghayati Islam secara kaffah.
2. Potensi manusia (man power)
3. Potensi ekonomi (economic power) dimana 70% Negara Islam menguasai produk minnyak dunia
4. Potensi politik (politic power) terutamanya merdekanya beberapa
Negara yang mayoritas Muslim pada akhir abad ini sudah tercatat 47
negara yang mennyatakan Negara Islam atau penduduk mayoritas Islam, yang
berusaha menyusun kekuatan politik bersama dan menggalang solidaritas
antar nagara-negara Islam.
Tantangan Dan Pembenahan
1. Bagai manakah cara mewujudkan suatu community Islam dalam aqidah,
ibadah, akhlak yang baik, yang mempengaruhi indifidu dan sosial
2. Menggangkat makna Islam dalam persepsi fenomena social hari ini yang diwujudkan dengan proyek-protek riil.
3. Bagaiman mendaya gunakan poteni-portensi Islam dalam tatanan yang efektif, kordinatif dan terencana.
4. Interes politik dikalangan umat dalam ukuran nasioal/ internasionalmasih tampak kacau,
Kebangkitan Islam memang sedang berlangsung, dan bagai mana hasil yang
akan dicapai oleh kebangkitan tersebut banyak tergantung oleh
kesanggupan dalam mengolah potensi dan kesempatan yang tersedi itu.
Sedang bahaya kekawatiran sakat ini adalah terbukanya suatu “Fajwah”
yang kian lebar antara Islam dengan umatnya dalam proses kebangkitan
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar