MOMO PROFIL

Selasa, 10 Juli 2012

PROSPEK ISLAM

I. Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Islam adalah Agama terakhir yang berlaku dimana saja dan kapan saja, yang dapat memeberikan pedoman dasar, bimbingan dan memberikan pemecahan masalah yang dihadapi umat manusia sepanjang zaman ini. Untuk dapat membuktikan dan menggangkat nilai Islam dalam realitas kehidupan tanpa mennyimpang dari wilayah ke-Islamannya, tetapi juga tidak melakukan sikap konnyol yang dapat menempatkan posisi umat Islam terpojok dan terkucilkan dari lingkungan sosialnya.
Dalam masalah ini, ada perbedaan pengertian , antara:
1. Islam sebagai Ad-dyin yang mempunnyai kopentensi ajaran yang dianggap mampu menjadi agama sepanjang zaman, yaitu adanya vitalitas, totalitas, dan universal dalam Islam.
2. Islam sebagai hadloroh, yang dapat mengalami pasang surut sebagai sifat kultur, semua itu akan tergantung pada umatnya, dalam memberikan jawaban-jawaban terhadap tanggapan, waktu dan tempat yang di hadapi.
II. Tantangan Yang Di Hadapi
a. Tantangan Sosio- Ekonomi
Menurut data yang ada jumlah penduduk dunia sekarang ini berjumlah kurang lebih 6 milyart, dimana sekitar 30% -nya adalah Muslim, yang tersebar di Negara-negara, dan belahan dunia. Yang mayoritasnya mempunnyai ciri-ciri antara lain:
 Pertumbuhan penduduk tinggi
 Produktifitas rendah
 Sumber alamnya besar tetapi tidak ikut menikmati
 Tingkat kesejahteraanya rendah
 Tingkat kematiannya tinggi
b. Tantangan sains dan teknologi
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang, maka corak kehidupan serta pola pikir manusia akan berubah, dan dalam tatanan sistim sosial yang kompleks serta unsur emosional dan spiritual tidak masuk dalam wilayahnya, kehidupan yang demikian menuntut:
 Sistim masyasrakat menjadi mekanis
 Mengedepankan hal-hal yang prktis dan instan
 Orientasinya tertuju pada materiallistik
 Jauh dari ideal-ideal jangka panjang (akherat)
c. Tantangan etis religius
Sebagai korban dari kehidupan dalam modernisasi, maka dampaknya terjadi suatu pergeseran keinginan masyarakat, dari kemauan yang bersifat alamimenjadi sifat rasional. Dalam proses perubahan ini manusia mengalami erosi emosional dan berlanjut pada kemiskinan spiritual. Sehingga di Negara-negara maju terjadi kesenjangan antara manusia dengan Tuhannya, dan di Negara berkembang terjadi kesenjangan pada orientasi keagamaan dengan tuntutan kehidupan duniawinya. Disamping tantangan tersebut diatas masaih adalagi tantangan yang masih dihadapi , seperti krisis ekologi, kependudukan dan ketidak seimbangan (antara dunia dan agama, dan lain-lain).
III. Kondisi Internal dan Umatnya
Islam sebenarnya telah memberikan ruang yang cukup luas untuk pemecahan-pemecahan masalah tersebut, baik dalam bentuk etis ataupun sistem. Masalah yang sebenarnya adalah kondisi kwalitas umat Islam itu sendiri, yang mayoritas belum menampilkan potensi rielnya, mayoritas hanya masih sebatas “numorikal” , kenyataan ini memang sangat pahit .
Sebab-sebab yang gampang dilihat antaralain karena:
1) Kekurang fahaman terhadap hakekat ajarannya, karena pengaruh orientasi Barat yang sengaja mengacokan hakekat dan pengertian tentang Islam, dan juga sistem pendidikan Islam yang belum mapan dan merata dikalangan umat sendiri.
2) Sikap sinis terhadap Islam, karena kekecewaan terhadap umat Islam dalam keterbelakangan, baik dalam keilmuan, ekonomi, teknologi, pendidikan, dll.
3) Melemahnya semangat dan idealisme umat Islam, akibat kegagalan yang berulang-ulang dalam perjuangan politik yang memang belum memiliki strategi yang baku.
4) Dakwah Islamiah yang kehilangan aktualitasnya, karena kurang menemukan relevansi dengan tuntutan dan perkembangan zaman yang terjadi dalam realitas sosial yang dihadapi sehingga dakwah hannya bersifat monoton dan lambat laun akan menimbulkan rasa bosan pada umat itu sendiri .
IV. Antara Harapan Dan Kecemasan
Jika kita memperhatikan potensi umat baik dalam vitalitas, totalitas dan universalitas Islamyang dibutuhkan umat Islam sekarang dan mendatang , kiranya ada harapan cerah dalam dunia Islam. Sistem yang dimiliki Islam dapat diharapkan menjadi alternative paling baik yang sudah terasa dalam kejenuhan seperti sekarang ini. Hal ini ditanbah dengan letak strategis kawasan Islam dalam lintasan geo-politik (selat Bosporus-kepuloan Indonesia) yang dapat ikut mendukung peran Islan sebagai sistem cultural yang diharapkan. Masih ditambah lagi dengan, kekayaan sumber daya alam di Negara-negara yang mayoritasnya beragama Islam, yang menjadi kebutuhan Negara-negara di dunia. Sebagai Agama yang dapat konsep-konsep pemecahankemelut global dunia moderen, namun demikian umat Islam belum menemukan kualitas diri yang dapat mengangkat pamornya sebagai kekuatan dunia, yang dengan kecerahan dan keramahannya mennyuguhkan konsepsinya sebagai agama pamungkas.
Dilain pihak masih masih terdapat kecemasan mengingat keterbelakangan umat islam sendiri, baik dalam bidang keilmuan maupun teknologi, disamping kekaburan umat Islamdalam memberikan persepsi tentang ke-lslaman, ditambah lagi dengan perpecahan dikalangan pemimpin-pemimpin Islam yang tidak begitu jelas persoalannya, yang dapat memberikan asumsi bahwa para pemimpin Islam tidak pampu dalam menggalang potensi umat.
Memang sedangh terjadi fajwah bainal islamwal muslim, ada kesenjangan dalam dunia Islam, antara agama Islam dengan umatnya. Untuk izzul Islam walmuslimin, dituntut langkah-langkah strategis dalam usaha menigkatkat mutu atau kwalitas umat Islam.
V. Islam Dan Tatanan Modernisasi
 Islam agama transformative
Islam memberikan keleluasaan untuk pemikian rasional, sepanjang tidak mennyangkut tentang aqidah fundamenfal dan sari’nya ( Al-quran dan Alhadits) yany tidak memerlukan ijtihad lagi. Ernest gellner, melihat Islam sebagai agama transformative yang yang paling dekat dengan modernitas, dibanding dengan agama yang lain, beberapa alasan antara lain:
• Unifersalisme ajaran Islam, yakni prinsipajaran Islam dapat ditetapkan dimana saja dan kapan saja, bahkan mamapu menyerap budaya dan tradisi local.
• Skriptualisme Islam, dalam arti Islam mengajarkan bahwa kitab suci dapat dibaca, dipelajari oleh siapa saja, bukan monopoli kelompok tertentu dalam hirarki keagamaan.
• Egaliteralisme spiritual, dalam arti tidak terdapat sistim kependetaan atau kerahibandalam Islam, setiap orang mempunnyai kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi spiritual.
• Sistem rasional dalam kehidupan social.
• Semanggat keilmuan (scholarly) yang tinggi, sehingga setiap pemeluk Islam mennyakini betapa tingginya penghargaan Islam terhadap ilmu.
 Modernisasi Yang Kita Hadapi
Nurchokis madjid dengan mengutip pernyataan Arnold Toynbee mengatakan, bahwa moderenitas dimulai sejak menjelang abat XV M, ketika orang barat berterimakasih ”tidak pada Tuhan” tetapi kepada dirinya sendiri, karena telah berhasih mengatasi kungkunggan Kristen pada abab pertengahan. Naun modernitas yang kita hadapi , umumnya ditarik dari refolusi industri di lnggris yang memperkenalkan teknologi mesin, dan refolusi prancis yang memperkenalkan demogkrasi dan humanisme moderen. Kemudian berkembang dari tegnologi mennyangkut segala aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, atau lebih tegas lagi seperti kata LucianW. Pye; modernitas sebagai budaya dunia mempunnyai cirri:
 Adanya tegnologi cangih dan semanggat keilmuan
 Pandangan hidup yang rasional
 Pendekatan sekuler dalam sosial
 Semangat berkeadilan sosial dalam urusan public
 Terselenggaranya pemerintahan dalam bentuk Negara bangsa
 Sikap Islam Terhadap Modernitas
Sebagai akibat modernitas ala Barat yang radikal dalam kehidupan, mempunyai implikasi serius terhadap masa depan Islam dan Umat Islam., sehingga perlu adanya pemahaman tentang agama dan modernitas itu sendiri secara benar, sehingga melahirkan pemikiran dan sikap “Islami sekaligus modern” sehingga kita harus mempunnyai prinsip-prinsip:
 Al-maslahah al-mursalah, prinsip hukum yang memperhatikan factor kemaslahan dan realitas sosial
 Mengakui nilai ‘urf sehingga memungkinkan membumukan Islam
 Al-hukmu yaduruma’a al-illah wujudanwaadaman, hokum itu berkembang karena adanya atau tidak adanya illat; sehingga memungkinkan membumukan terjadinya perubahanhukum secara dinamik dan proporsional dan Qiyas suatu analogi yang dinamik
VI. Proses Kebangkitan Hari Ini Dan Esok
 Revival Of Islam
Perkembangan Islam pada menjelang akhir abad ke-XIV H, bannyak mendapat sorotan, terutama ditujukan pada empat dimensi perkembangan:
1. Poensi rohani (the spiritual power) yang ditampakan pada gejala kesadaran izzahnya dalam memahami dan menghayati Islam secara kaffah.
2. Potensi manusia (man power)
3. Potensi ekonomi (economic power) dimana 70% Negara Islam menguasai produk minnyak dunia
4. Potensi politik (politic power) terutamanya merdekanya beberapa Negara yang mayoritas Muslim pada akhir abad ini sudah tercatat 47 negara yang mennyatakan Negara Islam atau penduduk mayoritas Islam, yang berusaha menyusun kekuatan politik bersama dan menggalang solidaritas antar nagara-negara Islam.
 Tantangan Dan Pembenahan
1. Bagai manakah cara mewujudkan suatu community Islam dalam aqidah, ibadah, akhlak yang baik, yang mempengaruhi indifidu dan sosial
2. Menggangkat makna Islam dalam persepsi fenomena social hari ini yang diwujudkan dengan proyek-protek riil.
3. Bagaiman mendaya gunakan poteni-portensi Islam dalam tatanan yang efektif, kordinatif dan terencana.
4. Interes politik dikalangan umat dalam ukuran nasioal/ internasionalmasih tampak kacau,
Kebangkitan Islam memang sedang berlangsung, dan bagai mana hasil yang akan dicapai oleh kebangkitan tersebut banyak tergantung oleh kesanggupan dalam mengolah potensi dan kesempatan yang tersedi itu. Sedang bahaya kekawatiran sakat ini adalah terbukanya suatu “Fajwah” yang kian lebar antara Islam dengan umatnya dalam proses kebangkitan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar